MODEL–MODEL PEMBELAJARAN DI SMK

Model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang atau dikembangkan dengan menggunakan pola pembelajaran tertentu. Pola pembelajaran yang dimaksud dapat menggambarkan kegiatan guru dan peserta didik dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya proses belajar. Pola pembelajaran menjelaskan karakteristik serentetan kegiatan yang dilakukan oleh guru-peserta didik. Pola pembelajaran dikenal dengan istilah sintak ( Bruce Joyce, 1985)

Pada penjelasan pelaksanaan pembelajaran yang tertuang pada Lampiran Permendiknas Nomor 41 tahun 2007, tentang Standar Proses, II poin C, dinyatakan tentang beberapa model pembelajaran alternatif yang dapat dikembangkan dan digunakan secara inovatif sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi di kelas serta untuk mendukung iklim belajar PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Iklim belajar PAKEM diharapkan dapat menumbuhkembangkan secara optimal multi kecerdasan yang dimiliki setiap peserta didik.

Model-model pembelajaran yang dapat digunakan terkait dengan iklim belajar PAKEM antara lain:

  1. A.   Project Work

Project work adalah model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada prosedur kerja yang sistematis dan standar untuk membuat atau menyelesaikan suatu produk (barang atau jasa), melalui proses produksi/pekerjaan yang sesungguhnya. Model pembelajaran project work sering digunakan untuk program pembelajaran produktif.

Langkah-langkah pembelajaran project work

  1. 1.    Perencanaan Project Work

a.  Inventarisasi jenis pekerjaan (job), standar kompetensi dan produk yang dapat dihasilkan.

1)    Inventarisasi Standar Kompetensi Lulusan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi standar kompetensi (SK) yang terdapat dalam kurikulum/silabus.

SK1 …………………………..

SK2 …………….……………..

SK3 …………….……………..

Dst  ……….…………………….

b.  Inventarisasi Pekerjaan (Job)

Pendataan jenis pekerjaan (job) dapat mengacu: kepada jenis pekerjaan yang ada di kurikulum, Standar Kompetensi Kerja (SKK) yang berlaku, dan atau standar pekerjaan lain yang ada di DU/DI/masyarakat. Setiap kompetensi keahlian pada umumnya memiliki lebih dari satu bidang/jenis pekerjaan yang dapat di isi oleh lulusan.

P.1 ………………………………………….

P.2 ………………………………….………

P.3 …………………………………..………

Dst.

c.  Inventarisasi Produk (Barang/Jasa) Setiap Pekejaan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengiden-tifikasi produk yang dapat dihasilkan oleh setiap bidang/jenis pekerjaan sehingga peserta didik memilki orientasi produk yang akan dihasilkan pada setiap pembelajaran.
Tabel 1. Daftar Nama Produk Setiap Bidang Pekerjaan

No Bidang/Jenis Pekerjaan Nama Produk (barang/Jasa)
1 P1 Pr1
Pr2
2 P2 Pr3
Pr3
3 P3 Pr4
Pr5

 

d.  Analisis Standar Kompetensi Terhadap Produk (Barang/Jasa)

Hasil inventarisasi standar kompetensi lulusan, bidang pekerjaan, dan produk tersebut, selanjutnya dianalisis standar kompetensi yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap produk dan bidang pekerjaan dengan menggunakan tabel 2.

Tabel 2. Analisis Standar Kompetensi Terhadap Jenis Produk

     Standar          Kompe-                tensiProduk

Kode Standar Kompetensi

SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 SKn
Pr1          
Pr2        
Pr3                
Prn                

 

Baris pada kolom 1 diisi kode produk (nama barang/jasa), sedangkan kolom berikutnya diisi dengan kode Standar Kompetensi hasil inventarisasi (Kurikulum/Silabus).

Menentukan standar kompetensi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk (barang/jasa) dengan memberi tanda cek (√) pada kolom standar kompetensi terkait.

Hasil analisis Standar Kompetensi terhadap Jenis Produk pada tabel 2 dapat dimaknai sebagai berikut.

  1. Produk (Pr1) dapat dikerjakan pada pembelajaran SK1, SK2, SK4
  2. Produk (Pr2 ) dapat dikerjakan pada pembelajaran SK1, SK2, SK3 dan SK 5, demikian selanjutnya untuk Produk yang lain.
  3. Produk (Pr1) dan (Pr2 ) dapat digunakan sebagai pilihan peserta didik sebagai media pembelajaran SK1 dan SK2
  4. Setelah seluruh standar kompetensi teridentifikasi terhadap produk yang ada, maka guru menetapkan alternatif produk yang akan dikembangkan untuk setiap standar kompetensi yang dipelajari. Alternatif produk dapat dipilih oleh peserta didik.

e.  Penetapan Bukti Belajar/Evidence of Learning

Berdasarkan hasil analisis standar kompetensi terhadap produk, guru diminta untuk menetapkan bukti-bukti belajar (Evidence Of Learning) yang akan digunakan sebagi acuan dalam penilaian hasil belajar peserta didik.

  1. 2.    Pelaksanaan Model Pembelajaran Pendekatan Project Work

Pembelajaran dengan pendekatan Project Work  dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a.  Guru menyampaikan:

  1. tujuan pembelajaran yang akan dicapai
  2. strategi pembelajaran dengan pendekatan project work
  3. alternatif judul/nama produk/jasa yang dapat dipilih peserta.
  4. ruang lingkup standar kompetensi yang akan dipelajari oleh peserta didik untuk setiap judul/nama produk/jasa
  5. menyusun dan menetapkan pedoman penilaian kompetensi sesuai dengan judul project work
  6. memfasilitasi bimbingan kepada peserta didik dengan memanfaatkan lembar bimbingan.

b.  Peserta didik

  1. memilih salah satu judul/nama produk/jasa. Dan menyusun rencana Project Work sesuai dengan judul yang dipilih. Kerangka rencana Project Work sebagai berikut.

1) LATAR BELAKANG

2) KEUNGGULAN DAN FUNGSI PRODUK/JASA.

3) SKETSA/GAMBAR KERJA (jika diperlukan)

4) BAHAN PRODUKSI

5) FASILITAS/PERALATAN PRODUKSI

6) PROSES PRODUKSI

  • RENCANA ANGGARAN BIAYA
  • SASARAN PASAR/KONSUMEN
    • JADWAL PELAKSANAAN
  1. melakukan proses belajar sesuai dengan proses produksi yang telah direncanakan. Kegiatan dilakukan sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam proposal di bawah bimbingan dan pengawasan guru. Proses belajar menekankan pada pencapaian standar kompetensi yang dibuktikan dengan bukti belajar (learning evidence) dan diorganisasi dalam bentuk portofolio.
  2. mengorganisasi bukti belajar sebagai portofolio.
  3. melaksanakan kegiatan kulminasi (presentasi/ pengujian/penyajian/display).
  4. menyusun laporan sesuai dengan pengalaman belajar yang diperoleh.
  5. 3.    Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar dengan pendekatan project work pada dasarnya adalah penilaian standar kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, kesesuaian produk/jasa, dan kesesuaian waktu pelaksanaan. Komponen project work yang dinilai terdiri dari penyusunan rencana Project Work, pelaksanaan proses produksi, laporan, kegiatan, dan kulminasi (presentasi/ pengujian/penyajian/display).

Peserta didik dinyatakan kompeten apabila memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan pada indikator dari setiap kompetensi dasar. Penetapan pencapaian nilai mengacu pada Pedoman Penilaian dan Pelaporan Hasil Belajar Peserta Didik SMK.

  1. B.   Quantum Teaching and Learning  (QTL) 

Merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Filosofi pendekatan pembelajaran Quantum dikenal dengan istilah TANDUR yang merupakan kepanjangan dari :

T = Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan menunjukkan manfaat dari kompetensi yang dipelajari terhadap kehidupan peserta didik
A = Alami, ciptakan dan berikan pengalaman langsung yang dapat dimengerti oleh peserta didik
N = Namai, berikan kata-kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, untuk mudah diingat dan dipahami
D = Demonstrasikan, sediakan waktu dan kesempatan bagi peserta didik untuk menunjukkan kemampuan yang diperoleh selama proses pembelajaran
U = Ulangi, tunjukkan kepada peserta didik cara mengulangi materi dan tegaskan bahwa “Aku mampu bahwa aku memang mampu”
R = Rayakan, akui hasil belajar peserta didik, baik dalam bentuk penyelesaian, partisipasi, perolehan keterampilan ataupun ilmu pengetahuan dan beri penghargaan

 

  1. 1.    Pendekatan Pembelajaran Quantum

Kelas merupakan komunitas belajar yang menjadi tempat untuk meningkatkan kesadaran, daya dengar, partisipasi, umpan balik dan pertumbuhan bagi peserta didik. Kelas merupakan tempat bagi peserta didik mencari dan terbuka terhadap umpan balik, mengalami perubahan, kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar mengakui dan mendukung orang lain, serta belajar dan tumbuh sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Untuk membentuk lingkungan kelas yang dapat mengakomodasi semua tempat belajar yang baik, diperlukan langkah-langkah berikut:

a.  Membangun ikatan emosional. Kunci untuk membangun ikatan emosional adalah dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar.

b.  Menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik pada proses pembelajaran, guru harus membangun hubungan dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian.

c.  Menciptakan keriangan dan ketakjuban. Menumbuhkan lebih banyak kegembiraan dalam pengajaran, melalui pemberian afirmasi (penguatan atau penegasan), pengakuan, dan perayaan,

d.  Mengambil Resiko

Peserta didik belajar berani mengambil resiko. Sebagai contoh peserta didik berani menghabiskan sebagian waktunya untuk datang ke sekolah merupakan salah satu resiko peserta didik dalam memasuki proses belajar.
e.   Ciptakan rasa saling memiliki

Umumnya semua peserta didik ingin merasa saling memiliki, karena dengan rasa saling memiliki akan memberikan nilai tambah, merasa lebih berdaya dan diterima di dalam kelompoknya. Dengan rasa saling memiliki akan menciptakan rasa kebersamaan, kesatuan, kesepakatan dan dukungan dalam belajar.

  1.  Memberikan keteladanan

Keteladanan guru dalam segala hal menjadi cara yang ampuh dalam membangun hubungan dan memahami perasaan orang lain. Keteladanan akan memperkuat proses pembelajaran yang dilakukan.

Langkah-langkah pembelajaran quantum:

1)    Menentukan tujuan pembelajaran

2)    Komunitas dalam belajar memiliki tujuan yang sama. Dimanapun mereka berada, baik di kelas, di sekolah maupun di lembaga diklat lain, memiliki tujuan sama yaitu mengembangkan kecakapan peserta didik sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.

3)    Meyakinkan kemampuan peserta didik dalam belajar, dan kemampuan guru dalam mengajar 

4)    Menjaga agar komunitas kelas tepat berjalan agar peserta didik tetap memiliki minat belajar tinggi

Lingkungan yang mendukung model pembelajaran quantum antara lain :

1)    Poster ikon, poster afirmasi, penggunaan warna, alat

2)    bantu dapat digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, kemampuan guru dan fasilitas yang dimiliki.

3)    Pengaturan tempat duduk peserta didik memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Peserta didik diberi kebebasan untuk mengatur posisi tempat duduk sehingga proses interaksi dapat berjalan dengan baik.

4)    Tumbuhan, aroma dan unsur organik lainnya, dapat memperkaya kesegaran ruangan kelas

5)    Musik dapat digunakan untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental peserta didik, serta mendukung lingkungan belajar.

  1. C.   Contextual Teaching and Learning (CTL) 

Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) merupakan suatu proses belajar yang holistik, bertujuan membantu peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajari dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan peserta didik sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural). Dengan demikian, mereka memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya.

Karakteristik Pembelajaran Berbasis CTL

1)    Kerjasama

2)    Saling menunjang

3)    Menyenangkan

4)    Tidak membosankan

5)    Belajar dengan bergairah

6)    Pembelajaran terintegrasi

7)    Menggunakan berbagai sumber

8)    Peserta didik aktif

Guru perlu mengkondisikan dan mempersiapkan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan mengkaitkannya dengan realitas dan kebenaran (konstruktivisme).

Guru perlu memahami:

  1. Belajar adalah kegiatan aktif, yaitu peserta didik membangun sendiri pengetahuannya, mencari sendiri arti dari apa yang mereka pelajari dan bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.
  2. Belajar bukanlah suatu proses mengumpulkan sesuatu, tetapi merupakan suatu proses menemukan sesuatu melalui pengembangan pemikiran dengan cara membuat kerangka pengertian yang baru.
  3. Peserta didik mempunyai cara untuk mengerti sendiri, sehingga setiap peserta didik perlu mengerti kekhasan, keunggulan dan kelemahannya dalam menghadapi suatu apapun.
  4. Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru ke peserta didik, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya.
  5. Mengajar berarti berpartisipasi dengan peserta didik dalam

membentuk pengetahuan, membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, mengadakan justifikasi.

  1. Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk

membantu proses belajar peserta didik agar berjalan baik.

Proses belajar lebih ditekankan pada peserta didik yang belajar.

1. Komponen CTL  

a.  INQUIRY  (merumuskan masalah)

Bagaimana cara melukiskan suasana kerja di suatu unit kerja? Dapat dilakukan antara lain melalui:

1)    mengamati atau melakukan observasi.

2)    menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan atau gambar.

3)    mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain.

b.  QUESTIONING ( bertanya)

Questioning dapat diterapkan antara peserta didik dengan peserta didik, antara guru dengan peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. Questioning juga dapat dilakukan saat berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika mengamati atau menemui kesulitan.

c.  KONSTRUKTIVISME 

Merancang pembelajaran dalam bentuk peserta didik bekerja praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan atau menciptakan ide.

d.  LEARNING COMMUNITY (masyarakat belajar)

Masyarakat belajar dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan. Materi yang diberikan, antara lain berupa pembentukan kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat atau bekerja dengan kelas di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat di lingkungan sekolah.

e.  AUTHENTIC ASSESSMENT (penilaian yang sebenarnya)

1)    Kemajuan belajar dinilai dari proses dan hasil.

2)    Menilai pengetahuan, keterampilan dan sikap (performansi) yang diperoleh peserta didik.

3)    Penilai tidak hanya oleh guru, tetapi juga bisa teman atau orang lain.

4)    Karakteristik Penilaian dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran. Penilaian dilakukan dalam bentuk formatif maupun sumatif.

5)    Obyek yang diukur adalah pengetahuan dan keterampilan, bukan sekedar mengingat fakta, bersifat berkesinambungan, terintegrasi dan dapat digunakan sebagai feed back.

  1. MODELING (pemodelan)

Guru bukan satu-satunya model, tetapi bisa juga model dari peserta didik yang memiliki kelebihan dengan cara mendemonstrasikan kemampuannya atau dari pihak luar yang bertindak sebagai native speaker.

g.  REFLECTION (refleksi)

Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang sudah diketahui, dan hal-hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Realisasi dari refleksi dapat berupa:

1)    pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh peserta didik

2)    Catatan atau jurnal peserta didik.

3)    Kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran

4)    Proses dan hasil Diskusi.

5)    Hasil karya.

Model pembelajaran CTL dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut:

1)    Mengkaji materi ajar yang bersifat konsep atau teori yang akan dipelajari peserta didik.

2)    Memahami latar belakang dan pengalaman hidup peserta didik melalui proses pengkajian secara seksama.

3)    Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal peserta didik, selanjutnya memilih dan mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang akan dibahas.

4)    Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman peserta didik dan lingkungan kehidupannya.

5)    Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong peserta didik untuk mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman sebelumnya dan fenomena kehidupan sehari-hari, serta mendorong peserta didik untuk membangun kesimpulan yang merupakan pemahaman peserta didik terhadap konsep atau teori yang sedang dipelajarinya.

6)    Melakukan penilaian autentik (authentic assessment) yang memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan penguasaan tujuan dan pemahaman yang mendalam terhadap pembelajarannya, sekaligus pada saat yang bersamaan dapat meningkatkan dan menemukan cara untuk peningkatan pengetahuannya.

  1. D.   Problem-Based Learning (PBL)
    1. 1.    Definisi PBL

PBL adalah pembelajaran yang didasari oleh dorongan penyelesaian masalah. Pengertian tersebut sejalan dengan yang diutarakan oleh Barrows & Tamblyn:

“…the learning which result from the process of working towards the understanding of, or resolution of a problem.” (Barrows & Tamblyn, 1980).

Sebagai model pembelajaran, PBL menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.

2.   Prinsip Dasar

  1. Pembelajaran berawal dari adanya masalah (soal, pertanyaan, dsb) yang perlu diselesaikan.
  2. Masalah yang dihadapi akan merangsang peserta didik untuk mencari solusinya; peserta didik mencari/membentuk pengetahuan baru untuk menyelesaikan masalah.

3.   Tujuan PBL

  1. Mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar
  2. Menilai sejauh mana pemahaman peserta didik tentang materi yang dipelajari

4.   Beberapa Kelebihan PBL

  1. PBL merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong peserta didik untuk melakukan pembelajaran yang reflektif, kritis dan aktif.
  2. PBL merangsang peserta didik untuk bertanya dan menggali pengetahuan secara mendalam.
  3. PBL mencerminkan sifat alamiah pengetahuan, yaitu: kompleks dan berubah-ubah sesuai kebutuhan, sebagai respons terhadap masalah yang dihadapi.

5.   Kompetensi yang dikembangkan

  1. Beradaptasi dan berpartisipasi dalam perubahan.
  2. Mengenali dan memahami masalah serta mampu membuat keputusan yang beralasan dalam situasi baru.
  3. Menalar secara kritis dan kreatif.
  4. Mengadopsi pendekatan yang lebih universal atau menyeluruh.
  5. Mempraktikkan empati dan menghargai sudut pandang orang lain.
  6. Berkolaborasi secara produktif dalam kelompok.
  7. Mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta menemukan cara untuk mengatasi kelemahan diri; self-directed learning.

6. Karakteristik Masalah PBL

  1. Masalah dapat berupa tugas melakukan sesuatu, pertanyaan atau hasil identifikasi dari keadaan yang ada di sekitar peserta didik.
  2. Masalah berupa tugas yang tidak memiliki struktur yang jelas sehingga merangsang peserta didik untuk mencari informasi untuk memperjelasnya.
  3. Masalah harus cukup kompleks dan ambigu sehingga peserta didik terdorong untuk menggunakan berbagai strategi penyelesaian masalah, teknik dan ketrampilan berpikir.
  4. Masalah harus bermakna dan ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik termotivasi mengarahkan dirinya untuk menyelesaikan masalah dan mengujinya secara praktis.

7.   Sumber Pembelajaran

  1. Bahan bacaan, baik yang disediakan secara langsung maupun yang ada di sekitar tempat belajar.
  2. Informasi dari narasumber (dijelaskan sekilas dan berdasarkan pertanyaan peserta didik).
  3. Lingkungan dan hasil uji coba praktis.
  4. Sumber-sumber lain yang dapat diakses peserta didik.

8.   Metode dalam PBL

  1. Diskusi kelompok.
  2. Belajar mandiri (individual).
  3. Eksperimen kelompok.
  4. Observasi gejala dan wawancara terhadap narasumber.
  5. Komparasi dengan hasil-hasil penyelesaian masalah yang sudah ada.

9.   Karakteristik Kelompok

  1. Peserta didik dibagi secara acak.
  2. Jumlah anggota kelompok berkisar antara 5-8 orang.
  3. Heterogen (latar belakang dan kemampuan cukup beragam).
  4. Waktu kerja disesuaikan dengan jadwal belajar dan kesediaan anggota kelompok.

10. Peran Guru

  1. Guru berperan sebagai fasilitator
  2. Menyusun ‘trigger problems’
  3. Guru juga dapat berperan sebagai narasumber terutama utk informasi yang sulit diperoleh dari sumber lain
  4. Memastikan jalannya proses pembelajaran dan setiap anggota kelompok terlibat
  5. Melakukan evaluasi

11. Langkah-langkah PBL

  1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
  2. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
  3. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
  4. Guru membantu peserta didik dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
  5. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

 


Contoh Pelaksanaan PBL

Proses  Sasaran  Hasil 
Tutor memulai sesi dengan presentasi masalah Peserta didik dirangsang untuk dapat mengidentifikasi masalah konkret Pembelajaran tentang konteks masalah dan ruang lingkup materi
Peserta didik mencari dan menyusun kerangka berpikir untuk menyelesaikan masalah Peserta didik aktif menggali berbagai sumber untuk memperoleh info yang dibutuhkan Belajar secara kumulatif dan mengaitkan berbagai pengetahuan
Peserta didik menguji pendekatan dan solusi masalah mereka Peserta didik melatih kemampuan logika dan analisis Meningkatkan perkembangan mental lebih kompleks
Peserta didik mengevaluasi dan merevisi solusi mereka; memanfaatkan feed-back Membandingkan dengan kelompok lain dan menerima umpan balik Memperoleh tambahan pengetahuan tentang masalah
Peserta didik menyusun ‘teori’ baru berdasarkan pengalaman penyelesaian masalah Peserta didik belajar melakukan abstraksi dan generalisasi brdasarkan pengalaman Mampu mengintegrasi pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman
Peserta didik menerapkan ‘teori’ untuk membahas masalah baru dan evaluasi kritis Peserta didik menguji apakah pengetahuan yang diperolehnya berguna/ tidak. Mampu membuat solusi yang realistik dan tepat-guna.

 

  1. E.    MODEL MENGAJAR INQUIRY TRAINING

1.   Pengertian

Model mengajar Inquiry Training adalah model pembelajaran yang diarahkan untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan intelektual yang terkait dengan penalaran sehingga mampu merumuskan masalah, membangun konsep dan hipotesis serta menguji untuk mencari jawaban

2.   Langkah-Langkah Kegiatan Belajar

  1. Fase satu, mengidentifikasi masalah
  2. Fase dua: mengumpulkan informasi yang dilihat dan dialami terkait dengan masalah  
  3. Fase tiga , mengelompokkan data:

1)    Memisahkan variabel-variabel yang relevan.

2)    Membuat hipotesa tentang hubungan-hubungan penyebab.

  1. Fase empat, mengorganisasikan data dan memformulasikan suatu paparan.
  2. Fase lima, menganalisis strategi inquiri dan mengembangkan model pembelajaran yang lebih efektif.

 


  1. F.    Model Bermain Peran (Role Playing)

1. Pengertian

Model pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan analogi tentang situasi permasalahan kehidupan yang sebenarnya.

2. Langkah-Langkah Pembelajaran

  1. Fase pertama  memotivasi kelompok dengan

mengidentifikasi dan menjelaskan masalah, menginterpretasikan; mengekplorasi isu-isu, menjelaskan peran.

  1. Fase kedua, memilih peran.
  2. Fase ketiga, menyiapkan pengamat.
  3. Fase keempat, menyiapkan tahap-tahap peran.
  4. Fase kelima, pemeranan.
  5. Fase keenam, diskusi dan evaluasi.
  6. Fase ketujuh, pemeranan ulang.
  7. Fase kedelapan, diskusi dan evaluasi.
  8. Fase kesembilan, membagi pengalaman dan menarik generalisasi.

Sumber: Bahan Bimtek  Model-model Pembelajaran SMK, Direktorat Pembinaan SMK, 2008. 

Tinggalkan komentar